Langsung ke konten utama

Audit Siklus Penjualan dan Penagihan

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI
2.1   Akun dan Kelas Transaksi Dalam SIklus Penjualan Serta Penagihan
Tujuan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah untuk mengevaluasi apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum.
Gambar 14-1: Akun dalam Siklus Penjualan dan Penagihan

Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa ada lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan, yaitu:
1.      Penjualan (Penjualan tunai dan kredit)
2.      Penerimaan kas
3.      Retur dan Pengurangan penjualan
4.      Penghapusan piutang tak tertagih
5.      Estimasi beban piutang tak tertagih
Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi dari jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca, yaitu akun piutang usaha atau penyisihan untuk piutang tak tertagih. Untuk mudahnya, kita mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal yang sama baik untuk penjualan tunai maupun penjualan kredit.
2.2  Fungsi Bisnis Dalam Siklus dan Hubungannya Dengan Dokumen dan Catatan
Diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas, maka siklus penjualan dan penagihan akan melibatkan keputusan dan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan barang atau jasa kepada pelanggan setelah keduanya siap tersedia untuk dijual.
Delapan fungsi bisnis untuk siklus penjualan dan penagihan pada kolom ketiga table 14-1. Delapan fungsi bisnis tersebut terjadi dalam setiap pencatatan lima kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan.
Berikut delapan fungsi bisnis untuk siklus penjualan dan penagihan, yaitu:
1.      Pemrosesan Pesanan Pelanggan
a.       Pesanan Pelanggan
Pesanan pelanggan adalah permintaan akan barang dagang yang diajukan oleh pelanggan. Pesanan diterima melalui telepon, surat, formulir cetak yang telah dikirimkan kepada calon pelanggan atau pelanggan yang sudah ada, melalui tenaga penjualan, pesanan pelanggan yang diajukan secara elektronik melalui internet, atau hubungan jaringan lainnya antara pemasok dan pelanggannya.
b.      Pesanan Penjualan
Pesanan penjualan adalah dokumen untuk mengomunikasikan deskripsi, kuantitas, dan informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan. Dokumen tersebut sering kali digunakan untuk menunjukkan persetujuan kredit dan otorisasi pengiriman.
2.      Pemberian Kredit
Praktik pemberian persetujuan kredit yang lemah sering kali menghasilkan piutang ragu-ragu yang berlebihan dan piutang usaha yang mungkin saja tidak dapat ditagih. Indikasi diberikannya persetujuan kredit atas pesanan penjualan sering kali juga berfungsi sebagai persetujuan untuk mengirimkan barang. Dalam beberapa perusahaan, computer secara otomatis akan menyetujui penjualan kredit berdasarkan batasan kredit yang telah disetujui sebelumnya yang terdapat pada file induk pelanggan.
3.      Pengiriman Barang
Fungsi yang penting ini merupakan awal siklus dimana perusahaan akan menyerahkan aktiva.
a.       Dokumen Pengiriman
Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang menunjukkan deskripsi barang dagang, kuantitas yang dikirimkan, dan data yang relevan lainnya. Dokumen pengiriman juga berfungsi sebagai signal untuk menagih pelanggan. Salah satu jenis dokumen pengiriman adalah bill of landing, yang merupakan kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pengiriman barang antara pembawa dan penjual. Bill of landing sering kali dikirimkan secara elektronik, ketika barang telah dikirimkan, maka secara otomatis akan membuat faktur penjualan yang terkait serta ayat jurnal dalam jurnal penjualan.
4.      Penagihan Pelanggan dan Pencatatan Penjualan
Menagih jumlah yang tepat sangat tergantung pada beban yang dikenakan kepada pelanggan atas kuantitas yang dikirimkan dengan harga yang telah disetujui, yang mencakup pertimbangan biaya angkut, asuransi, dan syarat pembayaran. Aspek yang paling penting dari penagihan adalah sebagai berikut:
·         Semua pengiriman telah ditagih (Completeness)
·         Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali (Occurrence)
·         Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat (Accuracy)

a.       Faktur Penjualan
Adalah dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, harga, biaya angkut, asuransi,syarat, dan data yang relevan lainnya. Faktur penjualan merupakan metode untuk menunjukkan kepada pelanggan jumlah penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran.
b.      File Transaksi Penjualan
Merupakan file yang dihasilkan komputer yang mencantumkan semua transaksi penjualan yang diproses oleh sistem akuntansi selama satu periode, seperti sehari, seminggu, atau sebulan. File tersebut mencantumkan semua informasi yang akan dimasukkan ke dalam sistem dan informasi tentang setiap transaksi, seperti nama pelanggan, tanggal, jumlah, klasifikasi-klasifikasi akun, tenaga penjual atau wiraniaga, dan tingkat komisi. File itu juga dapat mencantumkan retur dan pengurangan penjualan atau dapat menjadi file terpisah bagi transaksi tersebut.
c.       Junal Penjualan atau Listing
Merupakan listing atau laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan yang biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal, jumlah, dan klasifikasi akun atau klasifikasi bagi setiap transaksi, seperti divisi atau lini produk.
d.      File Induk Piutang Usaha
Adalah file komputer yang digunakan untuk mencatat penjualan individual, penerimaan kas, serta retur dan pengurangan penjualan bagi setiap pelanggan dan untuk mempertahankan saldo akun pelanggan.
e.       Neraca Saldo Piutang Usaha
Daftar atau laporan ini menunjukkan jumlah piutang dari setiap pelanggan pada suatu titik waktu. Laporan tersebut dibuat langsung dari file induk piutang usaha, dan biasanya merupakan neraca saldo menurut umur.
f.        Laporan Bulanan
Merupakan dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara elektronik kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang usahanya, jumlah dan tanggal setiap penjualan, pembayaran kas yang diterima, memo kredit yang diterbitkan, dan saldo akhir yang jatuh tempo.
5.      Pemrosesan dan Pencatatan Penerimaan Kas
Keempat fungsi transaksi penjualan sangat diperlukan untuk menyerahkan barang ke tangan pelanggan, menagihnya dengan benar, dan merefleksikan informasi dalam catatan akuntansi. Sementara itu, empat fungsi lainnya melibatkan penagihan dan pencatatan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang tak tertagih, dan penyediaan beban piutang tak tertagih. Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas meliputi penerimaan, penyetoran, dan pencatatan kas yang mencakup uang tunai, cek dan transfer data elektronik. Hal yang paling penting adalah kemungkinan terjadinya pencurian sebelum atau setelah pencatatan dilakukan. Jadi semua penerimaan kas harus segera disetor atau didepositokan ke bank dengan jumlah yang benar, tepat waktu dan dicatat dalam file transaksi penerimaan kas. File ini kemudian digunakan untuk membuat jurnal penerimaan kas dan memperbaharui file induk piutang usaha dan buku besar umum.
a.       Remittance Advice
Adalah dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas.
b.      Prelisting Penerimaan Kas
Merupakan daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang usaha, atau kas, dan yang tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.
c.       Jurnal Penerimaan Kas atau Listing
Ini berasal dari file transaksi penerimaan kas dan mencantumkan semua transaksi selama satu periode waktu.


6.      Pemrosesan dan Pencatatan Retur dan Pengurangan Penjualan
a.       Memo Kredit
Adalah dokumen yang mengindikasikan pengurangan jumlah dari pelanggan akibat retur barang atau pengurangan harga.
b.      Jurnal Retur dan Pengurangan Penjualan
Adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat retur dan pengurangan penjualan.
7.      Penghapusan PIutang Usaha Tak Tertagih
Tanpa memandang kinerja departemen kredit, beberapa pelanggan belum membayar tagihannya. Setelah menyimpulkan bahwa suatu jumlah tertentu tidak dapat ditagih, perusahaan harus menghapusnya. Biasanya, hal ini terjadi setelah pelanggan mengajukan kebangkrutan atau penagihan piutang diserahkan kepada agen penagihan. Akuntansi yang benar akan mensyaratkan penyesuaian untuk piutang tak tertagih tersebut.
a.       Formulir Otorisasi Piutang Tak Tertagih
Adalah dokumen yang digunakan dalam lingkungan internal untuk menunjukkan otorisasi menghapus suatu piutang usaha sebagai piutang tak tertagih.
8.      Penyediaan Piutang Tak Tertagih
Karena perusahaan diperkirakan tidak dapat menagih 100% penjualannya, maka prinsip-prinsip akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mencatat beban piutang tak tertagih sebesar jumlah yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Sebagian besar perusahaan mencatat transaksi ini pada akhir setiap bulan atau setiap kuartal.

2.3  Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi Penjualan
Gambar 14-2 mengilustrasikan metodologi untuk memahami pengendalian internal dan merancang pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi penjualan.
*Luas pengujian pengendalian ditentukan oleh ketergantungan yang direncanakan pada pengendalian. Bagi perusahaan publik, pengujian harus mencukupi untuk menerbitkan opini tentang pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
1.      Memahami Pengendalian Internal-Penjualan
Dengan menggunakan salah satu pendekatan umum untuk penjualan, auditor mempelajari bagan arus klien, menyiapkan kuesioner tentang pengendalian internal dan melaksanakan pengujian penjualan walkthrough.
2.      Menilai Risiko Pengendalian yang Direncanakan-Penjualan
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal untuk menilai risiko pengendalian, terdapat empat langkah yang penting dalam penilaian ini, yaitu:
a.      Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai risiko pengendalian
b.      Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal utama dan kelemahannya bagi penjualan
c.       Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor mengaitkannya dengan tujuan
d.      Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan
Selanjutnya menguji aktivitas pengendalian kunci untuk penjualan. Pengetahuan mengenai aktivitas pengendalian tersebut sangat membantu dalam mengidentifikasi pengendalian kunci beserta kelemahannya bagi penjualan. Pengendalian kunci terdiri dari:
a.       Pemisahan tugas yang memadai
b.      Otorisasi yang tepat
c.       Dokumen dan catatan yang memadai
d.      Dokumen yang telah dipranomori
e.       Laporan bulanan
f.        Prosedur verifikasi internal
3.      Menenetukan Luas Pengujian Pengendalian
Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal utama dan kelemahannya, mereka mulai menilai risiko pengendalian. Untuk audit perusahaan publik, auditor harus melaksanakan pengujian yang ekstensif atas pengendalian kunci dan mengevaluasi dampak kelemahannya terhadap laporan auditor mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Luas pengujian pengendalian dalam audit perusahaan nonpublik tergantung pada keefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian tersebut dapat diandalkan untuk mengurangi risiko pengendalian.
4.      Merancang Pengujian Pengendalian Untuk Penjualan
Untuk setiap pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian pengendalian harus dirancang untuk memverifikasi keefektifannya. Dalam sebagian besar audit, relatif mudah menentukan sifat pengujian pengendalian dari sifat pengendalian tersebut. Sebagai contoh, jika pengendalian internal adalah untuk menandatangani pesanan pelanggan setelah kreditnya disetujui, pengujian pengendalian adalah untuk memeriksa apakah pesanan pelanggan telah ditandatangani dengan benar.


5.      Merancang Pengujian Substantif atas Transaksi Penjualan
Dalam memutuskan pengujian substantif atas transasksi, auditor sering kali menggunakan beberapa prosedur bagi setiap audit tanpa memandang situasinya, sementara yang lainnya tergantung pada kelayakan pengendalian dan hasil pengujian pengendalian.
Prosedur audit pengujian substantif atas transaksi yang hanya dilakukan jika ada situasi tertentu yang memerlukan perhatian audit khususm seperti jika ada defisiensi atau kelemahan pengendalian internal.
a.      Mencatat Penjualan Yang Terjadi
Pengujian substantif atas transaksi yang sesuai untuk menguji tujuan keterjadian tergantung apakah auditor yakin bahwa salah saji mungkin akah terjadi. Banyak auditor yang akan melakukan pengujian substantif atas transaksi untuk tujuan keterjadian hanya jika mereka yakin bahwa ada defisiensi pengendalian. Untuk tujuan ini, auditor memperhatikan tiga jenis salah saji yang mungkin terjadi, yaitu:
·         Penjualan dimasukkan ke dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah dilakukan
·         Penjualan dicatat lebih dari satu kali
·         Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan
Pendekatan efektif lainnya untuk mendeteksi ketiga jenis salah saji transaksi penjualan adalah dengan menelusuri kredit dalam file induk piutang usaha ke sumbernya. Jika piutang telah benar-benar ditagih secara tunai atau barang dikembalikan, penjualan sudah pasti terjadi sebelumnya. Jika kredit adalah untuk penghapusan piutang tak tertagih atau memo kredit, atau jika piutang masih belum dibayar pada saat audit, hal ini dapat mengindikasikan bahwa transaksi penjualan dicatat dengan tidak tepat.
SAS 99 menunjukkan bahwa biasanya auditor harus mengidentifikasi pengakuan pendapatan yang tidak layak sebagai risiko kecurangan. Namun, pengujian substantif atas transaksi untuk pengakuan pendapatan yang tidak layak hanya akan diperlalukan jika auditor merasa khawatir dengan kecurangan yang diakibatkan oelh pengendalian yang tidak memadai.

b.      Transaksi Penjualan Yang Ada Telah Dicatat
Dalam banyak audit, tidak ada pengujian substantif atas transaksi yang dilakukan untuk tujuan kelengkapan menyangkut lebih saji aktiva dan laba mendapat perhatian yang lebih besar dalam audit transaksi penjualan daripada yang menyangkut kurang saji. Jika pengendaliannya tidak  memadai, maka jika klien tidak melakukan penelusuran internal yang independen dari dokumen pengiriman ke jurnal penjualan, pengujian substantif mungkin akan diperlukan.
Untuk menguji pengiriman yang belum ditagih, auditor dapat menelusuri dokumen pengiriman tertentu dari fie yang ada di departemen pengiriman ke salinan faktur penjualan dan jurnal penjualan yang terkait.
·         Arah Pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dari dokumen sumber ke jurnal dan memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian yang pertama adalah untuk transaksi yang dihilangkan (tujuan kelengkapan) dan pengujian yang kedua adalah untuk transaksi yang tidak ada (tujuan keterjadian). Untuk menguji tujuan keterjadian, auditor dapat mengawalinya dengan memilih sampel nomor faktur dari jurnal dan memvouchingnya ke salinan faktur penjualan, dokumen pengiriman, dan pesanan pelanggan. Sedangkan untuk menguji tujuan kelengkapan, auditor memulai dengan memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusurinya ke salinan faktur penjualan serta jurnal penjualan sebagai pengujian penghilangan.
c.       Penjualan Dicatat Dengan Akurat
Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal-hal berikut:
·         Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
·         Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
·         Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi
Auditor melakukan pengujian substantif atas transaksi pada setiap audit untuk memastikan bahwa masing-masing dari ketiga aspek keakuratan tersebut telah dilakukan dengan benar dengan menghitung kembali informasi dalam catatan akuntansi dan membandingkan informasi pada dokumen yang berbeda. Secara umum, auditor membandingkan harga pada salinan faktur penjualan dengan daftar harga yang disetujui, menghitung kembali perkalian serta penjumlahan atau footing, dan membandingkan rincian pada faktur dengan catatan pengiriman menyangkut deskripsi, kuantitas, serta identifikasi pelanggan. Sering kali, auditor juga memeriksa pesanan pelanggan dan pesanan penjualan untuk informasi yang sama.           
d.      Transaksi Penjualan Dimasukkan Dengan Benar Dalam File Induk dan Diikhtisarkan dengan Benar
Pencatuman semua transaksi penjualan dengan benar ke dalam file induk piutang usaha merupakan hal yang penting karena keakuratan catatan tersebut akan mempengaruhi kemampuan klien untuk menagih piutang yang beredar. Dengan demikian, jurnal penjualan harus dijumlahkan dan diposting dengan benar ke buku besar umum agar laporan keuangan menjadi tepat.
Sebagian besar  penugasan, auditor melakukan beberapa uji keakuratan klerikal, seperti memfooting jurnal dan menelusuri total serta rinciannya ke buku besar umum dan file induk untuk mengecek apakah ada kesalahan atau kecurangan ketika memroses transaksi penjualan.
e.       Penjualan yang Dicatat Diklasifikasikan Dengan Benar
Meskipun hal ini tidak begitu mengganggu dalam penjualan daripada beberapa siklus transaksi lainnya, auditor masih harus memperhatikan apakah transaksi telah dibebankan ke akun buku besar umum yang benar. Dalam kasus penjualan tunai dan kredit, karyawan perusahaan tidak boleh mendebet piutang usaha untuk penjualan tunai atau mengkredit penjualan untuk penagihan piutang. Karyawan perusahaan juga tidak boleh mengklasifikasikan penjualan aktiva operasi, seperti bangunan sebagai penjualan.
Auditor sering kali menguji klasifikasi penjualan yang tepat sebagai bagian dari pengujian keakuratan. Mereka memeriksa dokumen pendukung untuk menentukan klasifikasi yang tepat atas transaksi tertentu dan membandingkannya dengan akun aktual dimana hal itu akan dibebankan.
f.        Penjualan Dicatat Pada Tanggal yang Benar
Penjualan harus ditagih dan dicatat segera setalah pengiriman dilakukan untuk mencegah penghilangan transaksi yang tidak disengaja dari catatan dan untuk memastikan bahwa penjualan telah dicatat pada periode yang tepat. Transaksi yang dicatat secara tepat waktu juga kecil kemungkinannya mengandung salah saji.
Dalam mengkonversi program audit format perancangan (design format audit program) menjadi program audit format kinerja (performance format audit program), prosedur itu akan digabungkan. Ini akan mencapai hal-hal berikut:
·         Mengeliminasi prosedur duplikat
·         Memastikan bahwa ketika dokumen tertentu diperiksa, semua prosedur yang akan dilakukan terhadap dokumen tersebut telah dilakukan pada saat itu
·         Memungkinkan auditor untuk melakukan prosedur dengan cara yang paling efektif. Sebagai contoh, dengan memfooting jurnal dan mereview jurnal untuk pos-pos tidak biasa terlebih dahulu, auditor akan memperoleh perspektif yang lebih baik dalam melakukan pengujian yang terinci.

2.4  Retur dan Pengurangan Penjualan
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien untuk mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti memroses memo kredit yang telah digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan. Perbedaan yang pertama adalah materialitas. Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material sehingga auditor dapat mengabaikannya.
Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan keterjadian. Untuk retur dan pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian transaksi yang tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi oleh retur dan pengurangan penjualan fiktif.  Walaupun auditor lebih menekankan tujuan keterjadian untuk transaksi retur dan pengurangan penjualan, tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji saldo akun untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada akhir tahun.
2.5  Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi Penerimaan Kas
Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penerimaan kas seperti yang digunakan untuk penjualan. Prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penerimaan kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan, tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi penerimaan kas. Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut ini:
·         Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
·         Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk mendukung pengurangan risiko pengendalian
·         Merancang pengujian substantif atas transaksi untuk menguji salah saji moneter bagi setiap tujuan
Bagian penting dari tanggung jawab auditor ketika mengaudit penerimaan kas adalah mengidentifikasi defisiensi pengendalian internal yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kecurangan. Jenis penggelapan kas yang paling sulit dideteksi oleh auditor adalah ketika hal tersebut terjadi sebelum kas dicatat di jurnal penerimaan kas atau listing kas lainnya.
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas (proof of cash receipt).
Lapping piutang usaha (lapping of account receivable) adalah penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk menutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan oleh seseorang yang menangani penerimaan kas dan kemudian memasukkannya ke dalam sistem komputer. Hal ini dapat dicegah dengan mudah melalui pemisahan tugas dan kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan kas ke dalam sistem. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah, dan tanggal yang ditunjukkan pada remittance advice dengan ayat jurnal penerimaan kas dan salinan slip setoran terkait.
2.6  Pengujian Audit Untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih
Kekhawatiran utama auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih adalah kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang usaha yang sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi keterjadian). Pengendalian yang penting untuk mencegah kecurangan ini adalah otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang tak tertagih harus diberikan oleh tingkat manajemen yag ditunjuk hanya setelah melalui penyelidikan menyeluruh mengenai alasan pelanggan tidak mampu membayar.
Verifikasi atas penghapusan piutang hanya memerlukan waktu yang relative singkat, yaitu auditor hanya memeriksa persetujuan oleh orang yang tepat. Menyangkut sampel piutang yang dihapus, biasanya auditor juga harus memeriksa korespondensi dalam file klien yang menyatakan ketidaktertagihannya.
2.7  Pengendalian Internal Tambahan Atas Saldo Akun dan Penyajian serta Pengungkapan
Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun dan penyajian serta pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substantif atas transaksi. Untuk siklus penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan besar akan mempengaruhi tujuan yang terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan hak serta kewajiban dan empat tujuan penyajian serta pengungkapan.
Nilai yang dapat direalisasi adalah tujuan audit yang terkait dengan saldo yang penting bagi piutang usaha karena kolektibilitas piutang sering kali merupakan pos laporan keuangan yang penting. Biasanya auditor menetapkan risiko yang melekat tinggi untuk tujuan nilai realisasi. Idealnya, klien harus menetapkan beberapa pengendalian untuk mengurangi kemungkinan piutang tak tertagih. Berikut dua pengendalian lainnya yaitu:
·         Penyusunan neraca saldo umur piutang usaha periodik untuk review dan tindak lanjut oleh personil manajemen yang tepat
·         Kebijakan menghapus piutang tak tertagih apabila sudah tidak mungkin lagi untuk ditagih
Hak dan kewajiban serta penyajian dan pengungkapan hamper bukan merupakan masalah yang signifikan bagi piutang usaha. Karena itu, personil akuntansi yang kompeten biasanya sudah merupakan pengendalian yang cukup bagi tujuan audit tersebut.
2.8  Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian substantif atas rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah saldo piutang usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.
Pada tahap penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, auditor harus menganalisis setiap pengecualian, baik dalam audit perusahaan publik maupun nonpublik, untuk menentukan penyebab dan implikasi dari pengecualian tersebut terhadap penialaian risiko pengendalian, yang mungkin juga mempengaruhi risiko deteksi yang didukung dan pengujian substantif terkait yang tersisa.
Pengaruh yang paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah terhadap konfirmasi piutang usaha. Jenis konfirmasi, ukuran sampel, dan penetapan waktu pengujian semuanya juga terpengaruh atas pengujian ini.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

tanggung jawab sosial

BAB I TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJEMEN (SOCIAL RESPONSIBILITY AND ETHICS MANAGEMENT THEORY) A.     TANGGUNG JAWAB SOSIAL Konsep tanggung jawab sosial dapat dijelaskan dalam berbagai cara yang berbeda. Tanggung jawab sosial disebut “hanya menghasilkan keuntungan,” “melakukan lebih dari menghasilkan keuntungan,” “aktivitas perusahaan tambahan yang dimaksudkan kesejahteraan sosial,” dan meningkatkan kondisi sosial atau lingkungan”. Untuk memahami konsep tersebut dapat dibandingkan dengan dua konsep yang serupa : kewajiban sosial dan responsivitas sosial. Kewajiban sosial adalah keterlibatan perusahaan dalam aksi sosial dikarenakan kewajibannya untuk memenuhi tanggung jawab ekonomi dan hukum. Menurut pandangan klasik, tanggung jawab sosial manjemen hanya memaksimalisasi keuntungan.       Menurut konsep responsivitas sosial dan tanggung jawab-mencerminkan pandangan sosio-ekonomi, menyatakan bahwa tanggung jawab sosial...